Jumat, 22 April 2011

Pendorong Jihad di Indonesia: Kristenisasi, Bukan Yahudi

Pendorong Jihad di Indonesia: Kristenisasi, Bukan Yahudi



Keberadaan menorah terbesar di dunia, di Sulawesi Utara, seperti mendukung dugaan bahwa komunitas Yahudi Indonesia tengah berkembang. Sebuah dorongan jihad baru di Nusantara?

"Tidak juga," kata Noor Huda Ismail. Pengamat terorisme ini merasa jumlah warga Yahudi Indonesia masih terlalu kecil untuk dianggap sebagai ancaman bagi kelompok radikal. Ia melihat isu utama yang bisa menciptakan rekrutmen masih tetap soal kristenisasi.

"Kelompok ini bisa menjadi kuat dan membangun konsolidasi antar mereka kalau ada konflik. Dulu itu diuntungkan situasi di Ambon, Poso dan Mindanau, Filipina. Ketika konflik sudah tidak ada, maka isu kristenisasi jadi agenda utama," tukasnya.

Aman
Berbeda dengan Noor Huda, kelompok Hizbut Tahrir, organisasi yang aktif memperjuangkan kejayaan Islam, ragu apakah komunitas Yahudi bisa aman di Indonesia.

"Perlawanan pasti akan tetap ada. Yahudi yang ditolak itu sebenarnya Yahudi yang dipersepsikan sebagai politik, bukan agama," ujar Ismail Yusanto.

Koordinator penerangan Hizbut Tahrir sepakat bahwa sebagai agama, Yahudi nampaknya tidak dianggap sebagai ancaman di Indonesia. Tetapi sulit memisahkan Yahudi sebagai gerakan agama dan Yahudi sebagai gerakan zionis ataupun sebagai ideologi.

"Kebanyakan warga Indonesia melihatnya sama saja," kata lelaki ini.

Target
Noor Huda mengakui warga Yahudi Indonesia bisa saja jadi target, tapi tidak bisa menjadi sesuatu yang menggerakkan semangat jihad. Kristenisasi bagi kelompok-kelompok radikal, merupakan ancaman lebih nyata ketimbang Yahudi Indonesia. Jihadis tidak bisa membiarkan proses kristenisasi berjalan di depan mata mereka.

Menurut Noor Huda, kesan mengapa yahudi dipandang lebih berbahaya, karena orang banyak tak mengerti sejarah.

"Orang Yahudi dulu sebenarnya lebih nyaman hidup di zaman Islam daripada zaman Kristen. Pembantaian besar-besaran warga Yahudi dalam perang dunia kedua, itu kan terjadi pada zaman Kristen," tandas ahli terorisme yang sempat mengenyam pendidikan di Inggris tersebut.

Yahudi di Indonesia

Jumlah orang yang menjalankan ritual Yahudi sangat sedikit di Indonesia. Jumlahnya konon tak sampai seratus. Tempat ibadah mereka sangat terbatas pula. Sinagoge resmi (peninggalan Belanda) cuma ada di ibukota Jawa Timur, Surabaya. Yang tak resmi, di hotel atau sifatnya rumahan, konon ada di Jakarta dan Medan.

Sinagoge terbaru dibangun di dekat Manado, Sulawesi Utara. Pembangunan simbol Yahudi raksasa(lihat gambar, red) di sebuah bukit di Sulawesi Utara tersebut tidak serta merta pula mengisyaratkan pertambahan drastis warga Yahudi. Apalagi tugu tersebut bukan dirintis oleh orang Yahudi asli, melainkan seorang pemeluk kristen.

Tahun-tahun belakangan beberapa aliran besar Kristen, terutama kelompok karismatik, memang mengagung-agungkan tradisi Yahudi. Bahkan ada yang meyakini pemulihan hubungan dengan Israel dapat memberi berkah tersendiri.

0 komentar:

Posting Komentar